Senin, 23 Maret 2015

Manusia dan Penderitaan



Manusia dan Penderitaan

1.      Definisi Penderitaan
Penderitaan berasal dari kata derita. Kata derita berasal dari bahasa sansekerta dhra artinya menahan atau menanggung. Derita artinya  menanggung atau merasakan sesuatu yang tidak menyenangkan. Penderitaan dalam kehidupan manusia sering terjadi seiring berkembangnya kehidupan manusia tersebut. Semakin berkembangnya kehidupan manusia makan akan semakin kompleks juga penderitaan yang akan di hadapi manusia. Penderitaan termasuk realitas manusia dan dunia. Intensitas penderitaan bertingkat-tingkat semakin tinggi intensitas semakin berat juga penderitaan yang di alami oleh manusia tersebut. Namun peranan individu juga menentukan berat-tidaknya intensitas penderitaan. Suatu peristiwa  yang dianggap penderitaan oleh seseorang belum tentu merupakan penderitaan bagi orang lain. Dapat pula suatu penderitaan merupakan energi untuk bangkit kembali bagi seseorang, atau sebagai langkah awal untuk mencpai kenikmatan dan kebahagiaan.
Manusia lebih menyukai kenikmatan. Sedangkan penderitaan sangat di hindarkan dalam suatu kehidupan manusia. Seseorang pasti akan merasakan penderitaan bagaimanapun jenis dan bentuknya.
Penderitaan yang selalu di hadapi oleh manusia bermanfaat untuk menjadi bahan instropeksi diri masing-masing manusia. Selain menjadi bahan instropeksi dapat pula menjadi suatu pengalaman seseorang untuk menjadi manusia yang lebih bijak. Penderitaan tidak selalu merugikan untuk yang merasakan. Mental seseorang sangat berperan penting untuk menghadapi penderitan yang sedang di alami. Selain mental yang kuat, peran orang sekitar manusia juga sangat berperan untuk menyelesaikan penderitaan dan juga memberikan dorongan motivasi serta jalan keluar untuk menyelesaikan penderitaan seseorang.
Dalam diri manusia itu ada cipta, rasa dan karsa. Karsa adalah sumber yang menjadi penggerak segala aktivitas manusia. Cipta adalah realisasi dari adanya karsa dan rasa. Baik karsa maupun rasa selalu ingin dipuaskan. Karena selalu ingin dilayani, sedangkan rasa selalu ingin dipenuhi tuntutannya. Baru dalam keduanya menemukan yang dicarinya atau diharapkan manusia akan merasa senang dan bahagia.
Apabila karsa dan rasa tidak terpenuhi apa yang dimaksudkan, manusia akan mendatangkan rasa kurang mengakibatkan munculnya wujud penderitaan, bahkan lebih dari itu, yaitu rasa takut. Rasa takut itu justru sudah menyelinap dan datang menyerang kita sebelum bencana atau bahaya itu datang menyerangnya. Kedua rasa itu termasuk penyakit batin manusia, maka usaha terbaik ialah menyehatkan bathin itu sendiri.

2.      Definisi Siksaan, Phobia dan 3 Siksaan yang Bersifat Psikis
A.  Definisi Siksaan
Siksaan yaitu suatu hukuman berat atau ringan yang di berikan kepada manusia yang bersalah atau tidak bersalah, hukuman berupa Fisik maupun terhadap mental. Siksaan atau penyiksaan yaitu bisa terjadi terhadap perasaan, siksaan batin, siksaan jasmani dan rohani maupun siksaan badan oleh orang lain   tanpa sebab yang pasti dan sebagainya. Banyak cara orang melampiaskan perasaan benci dan cinta, baik berkaitan dengan dirinya sendiri, maupun pada orang lain, yaitu dengan siksaan.
Siksaan atau penyiksaan (Bahasa Inggris: torture) digunakan untuk merujuk pada penciptaan rasa sakit untuk menghancurkan kekerasan hati korban. Segala tindakan yang menyebabkan penderitaan, baik secara fisik maupun psikologis, yang dengan sengaja dilakukkan terhadap seseorang dengan tujuan intimidasi, balas dendam, hukuman, sadisme, pemaksaan informasi, atau mendapatkan pengakuan palsu untuk propaganda atau tujuan politik dapat disebut sebagai penyiksaan. Siksaan dapat digunakan sebagai suatu cara interogasi untuk mendapatkan pengakuan. Siksaan juga dapat digunakan sebagai metode pemaksaan atau sebagai alat untuk mengendalikan kelompok yang dianggap sebagai ancaman bagi suatu pemerintah. Sepanjang sejarah, siksaan telah juga digunakan sebagai cara untuk memaksakan pindah agama atau cuci otak politik.
Siksaan dapat disebabkan oleh :
·      Siksaan karena hukuman yang diperbuat oleh diri sendiri terhadap hukum yang berlaku.
·  Siksaan karena ulah tangan manusia yang tidak bertanggung jawab, yang hanya ingin membalas dendam terhadap orang yang melakukan kesalahan kepadanya.
·       Siksaan karena ingin kepuasan hati, demi pujian orang banyak dan merasa dianggap jagoan oleh orang-oang disekitarnya.
·  Siksaan Allah swt, terhadap orang-orang yang tidak  bertaqwa dan tidak mentaati perintahnya serta tidak menjauhi larangannya.

B.   Phobia
Kata “phobia” berasal dari istilah Yunani “phobos” yang berarti lari (fight), takut dan panik (panic-fear), takut hebat (terror). Istilah ini memang dipakai sejak zaman Hippocrates. Phobia adalah ketakutan yang luar biasa dan tanpa alasan terhadap sebuah obyek atau situasi yang tidak masuk akal. Pengidap phobia merasa tidak nyaman dan menghindari objek yang ditakutinya. Terkadang juga bisa menghambat aktivitasnya.
Konsep takut dan cemas betautan erat. Takut adalah perasaan cemas dan agitasi sebagai respons terhadap suatu ancaman. Gangguan phobia adalah rasa takut yang persisten terhadap objek atau situasi dan rasa takut ini tidak sebanding dengan ancamannya.
Phobia didefinisikan oleh psikopatolog sebagai penolakan yang mengganggu yang diperantarai oleh rasa takut yang tidak proporsional, dengan bahaya yang dikandung oleh objek atau situasi tertentu dan diakui oleh si penderita sebagai sesuatu yang tidak berdasar.
Defenisi phobia menurut kamus psikologi adalah suatu ketakutan yang kuat, terus menerus dan irasional dengan ditimbulkan oleh suatu perangsang atau situasi khusus, seperti suatu ketakutan yang abnormal terhadap tempat tertentu.

Berikut ini adalah tiga tipe phobia berdasarkan sistem DSM, yaitu phobia spesifik, phobia sosial, dan agoraphobia.
1.      Phobia Spesifik        
Phobia spesifik adalah ketakutan yang berlebihan dan persisten terhadap objek atau situasi spesifik, seperti:
·   Acrophobia: takut terhadap ketinggian, bahkan hanya setinggi 2 meter sudah cukup menakutkan bagi penderita phobia ini.
·     Claustrophobia: takut terhadap tempat tertutup/terkunci sehingga orang dengan phobia jenis ini sering berada di taman atau di lapangan olahraga bersama teman-temannya.
·    Phobia binatang: takut terhadap binatang tertentu seperti tikus, ular, atau binatang-binatang menjijikkan. Anda bisa saja mempunyai ketakutan terhadap hewan-hewan tersebut. Namun, bila ketakutan itu mengganggu kehidupan sehari-hari atau menyebabkan distres emosional yang signifikan di dalam diri Anda (bahkan ketika Anda hanya membayangkan hewan itu), maka barulah Anda mengalami phobia.
·     Phobia benda-benda tertentu: seperti jarum suntik (bukan sakitnya yang mereka takuti, tetapi jarumnya), pisau, benda-benda elektronik, atau benda-benda lain.
2.      Phobia Sosial
Phobia sosial adalah ketakutan yang intens terhadap situasi sosial atau ramai sehingga mereka mungkin sama sekali menghindarinya, atau menghadapinya tetapi dengan distres yang amat berkecamuk. Penderita phobia sosial mengalami ketakutan terhadap situasi sosial seperti berkencan, datang ke pesta, pertemuan-pertemuan sosial, bahkan presentasi untuk ujian. Phobia sosial yang mendasar adalah ketakutan berlebihan terhadap evaluasi negatif dari orang lain, dalam artian mereka takut dinilai jelek oleh orang lain. Mungkin mereka merasa seakan-akan ribuan pasang mata sedang memperhatikan dengan teliti setiap gerak yang mereka lakukan. Contoh umum untuk Phobia jenis ini adalah: 
  • Demam panggung yang berlebihan.
  • Kecemasan berbicara di forum yang berlebihan, bahkan dihadapan orang-orang terdekat sekalipun.
  • Kecemasan meminta sesuatu, seperti memesan makanan di rumah makan karena takut pelayan atau teman menertawai makanan yang mereka pesan.Ketakutan bertemu dengan orang baru, hal ini menyebabkan penderita tidak berkembang dalam hal sosial.
Phobia jenis ini menyebabkan penurunan kualitas hidup penderitanya, seperti kualitas untuk mencapai sasaran pendidikan , maju dalam karier, atau bertahan dalam pekerjaan yang membutuhkan interaksi dengan orang lain secara langsung. Sekali Phobia sosial tercipta, maka akan berlanjut secara kronis sepanjang hidup.
3.      Agrophobia
Agoraphobia secara harfiah diartikan sebagai “takut kepada pasar”, yang sugestif untuk ketakutan berada di tempat-tempat terbuka dan ramai (berbeda dengan phobia sosial, agoraphobia tidak “mati sosial” bila berinteraksi dengan orang-orang di tempat yang sepi). Agoraphobia melibatkan ketakutan terhadap tempat-tempat atau situasi-situasi yang memberi kesulitan bagi mereka untuk meminta bantuan ketika ada suatu problem yang menimpa mereka atau orang lain. Orang-orang dengan agoraphobia takut untuk pergi berbelanja di toko-toko yang penih sesak, bersempit-sempitan di bus, dan lain-lain yang kira-kira membuat mereka sulit meminta pertolongan.
Bila seseorang yang menderita phobia melihat atau bertemu atau berada pada situasi yang membuatnya takut (phobia), gejalanya adalah sebagai berikut:
  1.  Jantung berdebar kencang
  2. Kesulitan mengatur napas 
  3. Dada terasa sakit 
  4. Wajah memerah dan berkeringat
  5.  Merasa sakit 
  6. Gemetar 
  7. Pusing 
  8. Mulut terasa kering 
  9. Mrasa perlu pergi ke toilet 
  10. Merasa lemas dan akhirnya pingsan

C.      3 Siksaan yang Bersifat Psikis
1.      Kebimbangan
Kebimbangan dialami oleh seseorang bila ia pada suatu saat tidak dapatmenentukan pilihan mana yang akan diambil. Akibat dari kebimbangan, seseorang berada dalam keadaan yang tidak menentu, sehingga ia merasa tersiksa dalam hidupnya saat itu. Bagi orang yang lemah berpikirnya, masalah kebimbangan akan lama dialami,sehingga siksaan itu berkepanjangan. Tetapi bagi orang yang kuat berpikirnya ia akan cepat mengambil suatu keputuan, sehingga kebimbangan akan cepat dapat diatasi.
2.      Kesepian
Kesepian dialami oleh seseorang, merupakan rasa sepi dalam dirinya atau jiwanya, walaupun ia dalam lingkungan  orang ramai. Kesepian juga merupakan salah satu wujud dari siksaan yang dialami seseorang. Seperti halnya kebimbangan, kesepian perlu cepat diatasi agar seseorang jangan terus menerus merasakan penderitaan batin, sebagai homo socius, seseorang perlu kawan, maka untuk mengalahkan rasa kesepian orang perlu cepat macari kawan yang dapat diajak untuk berkomunikasi. Pada umumnya orang yang dapat dijadikan kawan duka adalah orang yang dapat mengerti dan menghayati kesepian yang dialami oleh sahabatnya  itu, selain mencari kawan, seseorang juga perlu mengisi waktunya dengan suatu kesibukan, khususnya yang dapat bersifat fisik, sehingga rasa kesepian tidak memperoleh tempat dan waktu dalam dirinya.
3.      Ketakutan
Ketakutan merupakan bentuk lain yang dapat menyebabkan seseorang mengalami siksaan batin. Bila rasa takut itu dibesar-besarkan yang tidak pada tempatnya, maka disebut sebagai phobia. Seperti pada kesepian, ketakutan dapat juga timbul atau dialami seseorang walaupun lingkungannya ramai, sebab ketakutan merupakan hal yang sifatnya psikis.

3.   Kekalutan Mental
              Kekalutan mental merupakan suatu keadaan dimana jiwa seseorang mengalami kekacauan dan kebingungan dalam dirinya sehingga ia merasa tidak berdaya. Saat mendapat kekalutan mental berarti seseorang tersebut sedang mengalami kejatuhan mental dan tidak tahu apa yang mesti dilakukan oleh orang tersebut. Dengan mental yang jatuh tersebut tak jarang membuat orang yang mengalami kejatuhan mental menjadi tak waras lagi atau gila. Karena itu orang yang mengalami kejatuhan atau kekalutan mental seharusnya mendapat dukungan moril dari orang-orang dekat di sekitarnya seperti orangtua, keluarga atau bahkan teman-teman dekat atau teman-teman pergaulannya. Hal tersebut dibutuhkan agar orang tersebut mendapat semangat lagi dalam hidup.
Gejala permulaan bagi seseorang yang mengalami kekalutan mental adalah :
  • Nampak pada jasmani yang sering merasakan pusing, sesak napas, demam, nyeri pada lambung.
  • Nampak pada kejiwaannya dengan rasa cemas, ketakutan, patah hati, apatis, cemburu, mudah marah. 
  • Selalu iri hati dan curiga, ada kalanya dihinggapi khayalan, dikejar-kejar sehingga dia menjadi sangat agresif, berusaha melakukan pengrusakan atau melakukan detruksi diri dan bunuh diri.

Tahap-tahap gangguan kejiwaan adalah :
1.   Gangguan kejiwaan nampak pada gejala-gejala kehidupan si penderita bisa jasmani maupun rohani.
2.      Usaha mempertahankan diri dengan cara negative.
3.  Kekalutan merupakan titik patah (mental breakdown) dan yang bersangkutan mengalami gangguan.
4.  Krisis ekonomi yang berkepanjangan telah menyebabkan meningkatnya jumlah penderita penyakit jiwa, terutama gangguan kecemasan.
5.  Faktor sosial atau lingkungan juga dapat berperan bagi timbulnya gangguan jiwa, misalnya budaya, kepadatan populasi hingga peperangan. Jika lingkungan sosial baik, sehat tidak mendukung untuk mengalami gangguan jiwa maka seorang anak tidak akan terkena gangguan jiwa. Demikian pula sebaliknya. Gangguan jiwa tidak dapat menular, tetapi mempunyai kemungkinan dapat menurun dari orang tuanya. Namun hal ini tidak berlaku secara absolut.

Sebab-sebab timbulnya kekalutan mental :
1.      Kepribadian yang lemah akibat kondisi jasmani atau mental yang kurang sempurna.
2.      Terjadinya konflik sosial budaya.
3.      Cara pematangan batin yang salah dengan memberikan reaksi yang berlebihan terhadap kehidupan sosial.

Proses kekalutan mental yang dialami seseorang mendorongnya kearah positif dan negative.
1.    Positif: trauma jiwa yang dialami dijawab dengan baik sebagai usaha agar tetap survive dalam hidup, misalnya melakukan sholat tahajut, ataupun melakukan kegiatan yang positif setelah kejatuhan dalam hidupnya.
2.   Negatif: trauma yang dialami diperlarutkan sehingga yang bersangkutan  mengalami frustasi, yaitu tekanan batin akibat tidak tercapainya apa yang diinginkan.
Bentuk fustasi antara lain :
  • Agresi, berupa kamarahan yang meluap-luap akibat emosi yang tak terkendali dan secara fisik berakibat mudah terjadi hypertensi atau tindakan sadis yang dapat membahayakan orang sekitarnya. 
  • Regresi, adalah kembali pada pola perilaku yang primitive atau kekanak-kanakan. 
  • Fiksasi, adalah peletakan pembatasan pada satu pola yang sama (tetap) misalnya dengan membisu. 
  • Proyeksi, merupakan usaha melemparkan atau memproyeksikan kelemahan dan sikap-sikap sendiri yang negative kepada orang lain. 
  • Identifikasi, adalah menyamakan diri dengan seseorang yang sukses dalam imaginasinya.
  •  Narsisme, adalah self love yang berlebihan sehingga yang bersangkutan merasa dirinya lebih superior dari pada orang lain. 
  • Autisme, ialah menutup diri secara total dari dunia riil, tidak mau berkomunikasi dengan orang lain, ia puas dengan fantasinya sendiri yang dapat menjurus ke sifat yang sinting.

Penderitaan kekalutan mental banyak terdapat dalam lingkungan seperti :
1.      Kota – kota besar, banyak memberi tantangan-tantangan hidup yang berat, sehingga orang merasa dikejar-kejar dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
2.      Anak-anak muda, yang tidak berhasil dalam mencapai apa yang dikehendaki atau diidam-idamkan.
3.      Wanita, yang pada umumnya lebih mudah merasakan suatu masalah yang dibawanya kedalam hati atau perasaannya, tetapi sulit mengeluarkan perasaannya tersebut.
4.      Orang yang tidak beragama, tidak memiliki keyakinan bahwa diatas dirinya ada kekuasaan yang lebih tinggi, sehingga sifat pasrah umumnya tidak dikenalnya.
5.      Orang yang terlalu mengejar materi.

4.   Penderitaan dan Perjuangan
      Setiap manusia yang ada di dunia ini pasti akan mengalami penderitaan, baik yang berat maupun yang ringan. Penderitaan adalah bagian kehidupan manusia yang bersifat kodrati. Karena tergantung kepada manusia itu sendiri untuk berusaha mengurangi penderitaan semaksimal mungkin. Manusia adalah makhluk berbudaya, dengan budaya itulah ia berusaha mengatasi penderitaan yang mengancam hidupnya atau yang dialaminya. Hal ini membuat manusia menjadi kreatif, baik bagi penderita sendiri maupun bagi orang lain yang melihat atau berada di sekitarnya.
      Penderitaan dikatakan sebagai kodrat manusia, artinya sudah menjadi konsekwensi manusia hidup, bahwa manusia hidup ditakdirkan bukan hanya untuk bahagia tetapi juga menderita. Karena itu manusia hidup tidak boleh pesimis, yang menganggap hidup sebagai rangkaian penderitaan. Manusia harus optimis, ia harus berusaha mengatasi kesulitan hidup.
      Pembebasan dari penderitaan pada hakekatnya meneruskan kelangsungan hidup. Caranya ialah berjuang mengadapi tantangan hidup dalam alam lingkungan, dan masyarakat sekitar dengan waspada dan disertai doa kepada Tuhan supaya terhindar dari bahaya dan malapetaka. Manusia merencanakan dan Tuhan yang menentukan. Kelalaian manusia merupakan sumber malapetaka yang menimbulkan penderitaan. Penderitaan yang terjadi, mungkin dialami sendiri tapi mungkin juga dialami oleh orang lain. Atau mungkin akibat dari diri sendiri atau orang lain.
      Memang penderitaan merupakan ketentuan dari Tuhan yang Maha Esa tetapi kita dapat mencoba merubahnya apabila kita terus berusaha dan juga berdoa untuk merubahnya.

5.   Penderitaan dan Sebab-sebabnya
Sebab-sebab timbulnya penderitaan dapat dikelompokkan dan diperinci sebagai berikut:
1.      Penderitaan yang timbul karena perbuatan manusia
Penderitaan yang menimpa manusia karena perbuatan buruk manusia dapat terjadi dalam hubungan sesama manusia dengan alam sekitarnya. Penderitaan ini kadang disebut nasib buruk. Nasib buruk ini dapat memperbaiki nasibnya. Perbedaan nasib buruk dan takdir, kalau takdir Tuhan yang menentukan sedangkan nasib buruk itu manusia penyebabnya. Karena perbuatan buruk antara sesama manusia maka manusia lain menderita. Penderitaan yang terkadang disebut nasib buruk ini dapat diperbaiki bila manusia itu mau berusaha untuk memperbaikinya.
2.      Penderitaan yang timbul karena penyakit, siksaan / azab Tuhan
Penderitaan manusia dapat juga terjadi akibat atau siksaan / azab Tuhan. Namun kesabaran, tawakal, dan optimisme dapat merupakan usaha manusia untuk mengatasi penderitaan itu.
3.      Kehilangan orang tua, setiap manusia pasti mencintai orang tuanya dan memiliki hubungan yang erat dengan keluarganya. Penderitaan ini adalah yang paling sering kita jumpa dan sangat sedih tentunya
4.      Kemiskinan , banyak orang yang mederita karena kemiskinan , merasa tidak pernah cukup dengan apa yang telah ia punya sehingga mengakibatkan seseorang merasa menderita karena tidak bisa memiliki sesuatu yang ia inginkan. Ini di karenakan kurangnya rasa syukur manusia atas apa yang telah di berikan oleh Tuhan.
5.      Bencana, tidak ada seorang pun yang dapat menghindari bencana yang Tuhan berikan. Bencana bisa kapan saja datang dan menimpa siapa saja bahkan seringkali mengakibatkan kehilangan anggota keluarga. Trauma batin yang diakibatkan karena bencana juga sulit di sembuhkan.

Pengaruh  yang akan terjadi pada seseorang jika mengalami penderitaan
      Orang yang mengalami penderitaan mungkin akan memperoleh pengaruh bermacam-macam dan sikap dalam dirinya. Sikap yang timbul dapat berupa sikap positif ataupun sikap negatif.
      Sikap negatif misalnya penyesalan karena tidak bahagia, sikap kecewa, putus asa dan rasa ingin bunuh diri. Sedangkan sikap positif yaitu sikap optimis mengatasi penderitaan hidup, bahwa hidup bukan rangkaian penderitaan, melainkan perjuangan membebaskan diri dari penderitaan, dan penderitaan itu adalah hanya bagian dari kehidupan. Sikap positif biasanya kreatif, tidak mudah menyerah, bahkan mungkin timbul sikap keras atau sikap anti.

6.      Menghadapi dan Menghentikan Penderitaan
      Kita harus kenal bahwa diri kita adalah hamba ciptaan yang sangat lemah dan tidak punya apa-apa. Keputusan untuk menciptakan diri kita pun semuanya ditentukan oleh Allah. Maka dari itu, apabila Allah timpakan sesuatu kesusahan ke atas diri kita, inilah peluang untuk kita sadar bahwa diri kita adalah hamba yang lemah dan tidak punya kuasa apa-apa. Mungkin selama ini kita sudah merasa berkuasa,me rasa mampu dan merasa pandai dan bisa, sehingga kita lupa untuk bergantung dan berharap kepada Allah. Kita harus berprasangka baik keKpada Allah, kalau Allah sesekali menyakitkan kita, sudah tentu ada maksud yang baik dari Nya. Dia ingin menghapuskan dosa kita, Dia ingin kita insyaf di atas kelemahan diri kita, Dia ingin kita ingat-ingat kesalahan kita dan memperbaikinya serta bertaubat. Kalau Tuhan sekali-sekali memiskinkan kita, tentu ada maksudnya juga. Mungkin Dia ingin membuat kita lebih bersyukur atas apa yang telah diberikan-Nya. Dan Dia juga ingin kita berusaha dan bekerja keras demi keluar dari kemiskinan yang kita alami. Apabila kita sekali-sekali dibuat terhina, mungkin Allah ingin kita bertaubat karena kita pernah menghina atau menzalimi orang lain.
      Intinya segala sesuatu yang ditimpakan ke atas kita adalah untuk kebaikan diri kita sendiri. Allah ingin mendidik kita agar kita kembali kepada-Nya sebagai hamba yang diridhoi-Nya. Dengan ini, kita akan selamat dari kemurkaan-Nya. Kita harus ikhlas menerima ketentuan dan takdir yang diberikan Allah secara positif supaya hati kita juga akan tenang dan kita juga akan mendapat hasil yang positif dariNya. Sebaliknya, kalau kita menerimanya secara negatif, hati kita akan tertekan dan stress dan sudah tentu kita juga akan mendapat hasil yang negatif.
      Sebagai contoh kasus, diambil dari kisah hidup saya. Saya pun juga berusaha mencoba untuk ikhlas dengan penderitaan yang saya alami. Ketika orang tua saya berpisah, saat itu saya sulit untuk menerimanya. Rasa takut, tertekan,dan sedih selalu menghampiri. Rasa iri selalu ada ketika saya melihat teman-teman dengan keluarga bahagia. Saya merasa kesepian karena orang tua saya sibuk dengan dirinya masing-masing.
      Semenjak itu saya menjadi pribadi yang tertutup, dan tidak suka keramaian. Saya lebih suka sendiri dengan suasana hening, karena menurut saya suasana hening akan membuat hati menjadi tenang.
      Dibalik semua itu saya sadar, bahwa Allah ingin membuat saya lebih kuat dan tegar untuk menghadapi masalah ini, Allah ingin membuat saya lebih mandiri dalam melalukan segala hal dan tidak bergantung kepada orang lain, meskipun sampai saat ini rasa tertekan masih ada dalam diri saya.

Jadi apapun masalah yang kita hadapi, haruslah berfikir positif dan tetap semangat meskipun itu sulit kita terima. Karena dibalik semua penderitaan itu pasti ada makna dan hikmahnya untuk kita di masa mendatang .



Sumber dan Referensi: