Selasa, 26 Januari 2016

arsitektur bioklimatik



Arsitektur Bioklimatik


Pentingnya penghematan energi bangunan
Penghematan energi dalam masa kontemporer ini sudah seharusnya merupakan bagian dari gaya hidup kita karena harga energi yang semakin mahal. Termasuk diantaranya adalah kegiatan atau upaya penghematan energi operasionalisasi bangunan. Untuk itu maka dibutuhkan kiat dan strategi perancangan bangunan yang berorientasi pada aspek konservasi energi. Pengertian konservasi energi tidak sekedar hanya penghematan pemakaian energi tetapi juga dalam hal mengupayakan penggunaan sumber energi yang masih berkesinambungan (sustainable), misalnya perhatian pada penggunaan sumber energi matahari, angin, biogas untuk operasional teknik pada bangunan. Artinya pada bangunan juga harus  diterapkan strategi desain yang mengarah pada peluang penggunaan energi yang terbarukan tersebut.

Definisi Arsitektur Bioklimatik
Arsitektur bioklimatik adalah suatu konsep terpadu pada rancangan bangunan dimana sistim struktur, ruang dan konstruksi bangunan tersebut dapat menjamin adanya kondisi nyaman bagi penghuninya. Penggunaan perangkat elektro-mekanik dan energi tak terbarukan adalah seminimal mungkin, sebaliknya memaksimalkan pemanfaatan energidari alam sekitar bangunan tersebut.
Dengan demikian, maka pendekatan bioklimatik pada desain arsitektur pada hakekatnya bertitik tolak dari dua hal fundamental untuk menentukan strategi desain yang responsif terhadap lingkungan global yaitu kondisi kenyamanan manusia dan penggunaan energi secara pasif.




Arsitektur Bioklimatik juga dikatakan sebagai cabang dari arsitektur hijau (Green Architecture) yang diterapkan dalam kota dengan mengedepankan sistim alami bagi kebutuhan ventilasi dan pencahayaan bangunan.
Pendekatan desain arsitektur bioklimatik dengan demikian mengandung keandalan sebagai salah satu tipe desain arsitektur yang hemat energi ditinjau dari penggunaan energi saat pengoperasian bangunan yang bersangkutan. Sebagai bagian dari kelompok eko-arsitektur, maka tujuan dari arsitektur bioklimatik juga menghadirkan bangunan yangramah lingkungan, diantaranya turut berperan serta dalam meredam efek rumah kaca pada lingkungan urban, misalnya melalui upaya pengurangan produksi gas CO2 dan CFCke atmosfer.
Tema bioklimatik merupakan salah satu langkah menuju ke arah yang lebih baik dan sehat, dengan menerapkan perancangan yang baik yang memiliki Keindahan/Estetika (venustas), Kekuatan (Firmitas), dan Kegunaan / Fungsi (Utilitas). Perkembangan Arsitektur Bioklimatik berawal dari tahun 1990-an. Arsitektur bioklimatik merupakan arsitektur modern yang di pengaruhi oleh iklim.
Dalam merancang sebuah desain bangunan juga harus memikirkan penerapan desain bangunan yang beradaptasi dengan lingkungan atau iklim setempat. Penghematan energi dengan melihat kondisi yang ada di sekitar maupun berdampak baik pada kesehatan. Dengan strategi perancangan tertentu, bangunan dapat memodifikasi iklim luar yang tidak nyaman menjadi iklim ruang yang nyaman tanpa banyak menkonsumsi energi. Kebutuhan energi perkapita dan nasional dapat di tekan jika secara nasional bangunan di rancang dengan konsep hemat energi.
Selain itu yang dapat kita temui pada bangunan bioklimatik yaitu mempunyai ventilasi alami agar udara yang dihasilkan alami, Tumbuhan dan lanskap membuat bangunan lebih sejuk serta memberikan efek dingin pada bangunan dan membantu proses penyerapan O2, dan pelepasan CO2, demikian juga dengan adanya Solar window atau solar collector heat di tempatkan didepan fisik gedung untuk menyerap panas matahari. Maka muncullah desain yang benar2 menerapkan desain hemat energi. Tulisan ini merupakan perancangan yang tidak menyebabkan meningkatnya konsumsi energi dan kerusakan lingkungan, berupa polusi udara, polusi suara, melainkan menciptakan rancangan arsitektur yang ramah lingkungan serta arsitektur yang alami.








Arsitektur Bioklimatik menghadapi Tuntutan Kenyamanan Penerangan
Kenyamanan penerangan bagi manusia mengandung arti tercapainya kecukupan kuat penerangan, tidak silau dan kesesuaian warna yang terlihat. Jadi pada prinsipnyakenyamanan penerangan adalah bergantung pada angka kuat penerangan dari sumbercahaya dan komponen pendukungnya, posisi atau kedudukan dari sumber cahaya, serta aspek pewarnaan dan material permukaan lingkungan.
Pada penerapan sistim pasif yang mengandalkan sumber cahaya siang hari, besarnya kuat cahaya dalam ruang bersumber dari tiga komponen, yaitu komponen terang langit (yang langsung masuk melalui bukaan), komponen pemantulan dalam ruang, dan komponan pemantulan dari ruang luar. Di iklim tropis, dimana terang langit dapat mencapai 10.000Lux, maka peran dari bukaan/jendela pada bidang selubung bangunan menjadi penting untuk mendapatkan kecukupan kuat cahaya yang masuk secara langsung ke dalam ruangan, serta peran dari warna dinding bagian dalam yang menyumbangkan efek pemantulan cahaya dalam ruang, agar didapatkan kuat penerangan secara merata. Dalam konteks pencahayaan alami siang hari, dinding dan plafond ruang dalam yang diberi warna mengarah ke warna putih, akan mampu menyumbangkan sampai sekitar20% dari total kuat cahaya dalam ruang. Sementara itu jenis permukaan dinding kayu (warna cokelat tua/agak gelap) sebagaimana terdapat pada tipe rumah tradisional, hanya mampu memberi kontribusi terang dalam ruang sebesar sekitar 5% saja
Apabila sumbangan dari pemantulan dalam ruang, tidak mencukupi untuk mencapai standar kenyaman penerangan, maka berdampak pada kebutuhan penambahan komponen lampu. Disini nampak terlihat bahwa tidak selamanya, tipe arsitektur tradisional adalah mewakili jenis bangunan hemat energi. Diperlukan suatu modifikasi desain pada rumah tradisional dengan tetap berdasar pada konsep arsitektur bioklimatik agar tujuan konservasi energi dapat tercapai. Pada sistim aktif, dimana diterapkan sistim penerangan buatan, maka sasarannya adalah pada penerapan jenis lampu yang memiliki spesifikasi luminasi dan daya listrik tertentu.







Kesimpulan
Dari penjelasan tersebut, jelas bahwa arsitektur bioklimatik merupakan konsep yang dapat diandalkan dalam merancang bangunan hemat energi. Adanya permasalahan konsumsi energi pada akhir-akhir ini khususnya pada sektor bangunan membutuhkan jawaban daripara perancang agar menyajikan rancangan yang berwawasan hemat energi. Para arsitek dan mahasiswa jurusan teknik arsitektur sudah selayaknya mendalami topik arsitektur bioklimatik ini, karena merekalah yang dimasa mendatang harus mampu menjawab permasalahan energi bangunan.


...Thank You...


Tidak ada komentar:

Posting Komentar