Manusia dan Penderitaan
1.
Definisi Penderitaan
Penderitaan berasal dari kata derita. Kata derita berasal dari bahasa
sansekerta dhra artinya menahan atau menanggung. Derita artinya menanggung atau merasakan sesuatu yang tidak
menyenangkan. Penderitaan dalam kehidupan manusia sering terjadi seiring
berkembangnya kehidupan manusia tersebut. Semakin berkembangnya kehidupan
manusia makan akan semakin kompleks juga penderitaan yang akan di hadapi
manusia. Penderitaan termasuk realitas manusia dan dunia. Intensitas
penderitaan bertingkat-tingkat semakin tinggi intensitas semakin berat juga
penderitaan yang di alami oleh manusia tersebut. Namun peranan individu juga
menentukan berat-tidaknya intensitas penderitaan. Suatu peristiwa yang dianggap penderitaan oleh seseorang
belum tentu merupakan penderitaan bagi orang lain. Dapat pula suatu penderitaan
merupakan energi untuk bangkit kembali bagi seseorang, atau sebagai langkah
awal untuk mencpai kenikmatan dan kebahagiaan.
Manusia lebih menyukai kenikmatan. Sedangkan penderitaan sangat di
hindarkan dalam suatu kehidupan manusia. Seseorang pasti akan merasakan
penderitaan bagaimanapun jenis dan bentuknya.
Penderitaan yang selalu di hadapi oleh manusia bermanfaat untuk menjadi
bahan instropeksi diri masing-masing manusia. Selain menjadi bahan instropeksi
dapat pula menjadi suatu pengalaman seseorang untuk menjadi manusia yang lebih
bijak. Penderitaan tidak selalu merugikan untuk yang merasakan. Mental
seseorang sangat berperan penting untuk menghadapi penderitan yang sedang di
alami. Selain mental yang kuat, peran orang sekitar manusia juga sangat
berperan untuk menyelesaikan penderitaan dan juga memberikan dorongan motivasi
serta jalan keluar untuk menyelesaikan penderitaan seseorang.
Dalam diri manusia itu ada cipta, rasa dan karsa. Karsa adalah sumber
yang menjadi penggerak segala aktivitas manusia. Cipta adalah realisasi dari
adanya karsa dan rasa. Baik karsa maupun rasa selalu ingin dipuaskan. Karena
selalu ingin dilayani, sedangkan rasa selalu ingin dipenuhi tuntutannya. Baru
dalam keduanya menemukan yang dicarinya atau diharapkan manusia akan merasa
senang dan bahagia.
Apabila karsa dan rasa tidak terpenuhi apa yang dimaksudkan, manusia
akan mendatangkan rasa kurang mengakibatkan munculnya wujud penderitaan, bahkan
lebih dari itu, yaitu rasa takut. Rasa takut itu justru sudah menyelinap dan
datang menyerang kita sebelum bencana atau bahaya itu datang menyerangnya.
Kedua rasa itu termasuk penyakit batin manusia, maka usaha terbaik ialah
menyehatkan bathin itu sendiri.
2. Definisi Siksaan, Phobia dan 3 Siksaan yang Bersifat Psikis
A. Definisi Siksaan
Siksaan yaitu suatu hukuman berat atau ringan yang di berikan kepada
manusia yang bersalah atau tidak bersalah, hukuman berupa Fisik maupun terhadap
mental. Siksaan atau penyiksaan yaitu bisa terjadi terhadap perasaan, siksaan
batin, siksaan jasmani dan rohani maupun siksaan badan oleh orang lain tanpa sebab yang pasti dan sebagainya.
Banyak cara orang melampiaskan perasaan benci dan cinta, baik berkaitan dengan
dirinya sendiri, maupun pada orang lain, yaitu dengan siksaan.
Siksaan atau penyiksaan (Bahasa Inggris: torture) digunakan untuk
merujuk pada penciptaan rasa sakit untuk menghancurkan kekerasan hati korban.
Segala tindakan yang menyebabkan penderitaan, baik secara fisik maupun
psikologis, yang dengan sengaja dilakukkan terhadap seseorang dengan tujuan
intimidasi, balas dendam, hukuman, sadisme, pemaksaan informasi, atau
mendapatkan pengakuan palsu untuk propaganda atau tujuan politik dapat disebut
sebagai penyiksaan. Siksaan dapat digunakan sebagai suatu cara interogasi untuk
mendapatkan pengakuan. Siksaan juga dapat digunakan sebagai metode pemaksaan
atau sebagai alat untuk mengendalikan kelompok yang dianggap sebagai ancaman
bagi suatu pemerintah. Sepanjang sejarah, siksaan telah juga digunakan sebagai
cara untuk memaksakan pindah agama atau cuci otak politik.
Siksaan dapat disebabkan oleh :
· Siksaan karena hukuman yang diperbuat oleh diri
sendiri terhadap hukum yang berlaku.
· Siksaan karena ulah tangan manusia yang tidak
bertanggung jawab, yang hanya ingin membalas dendam terhadap orang yang
melakukan kesalahan kepadanya.
· Siksaan karena ingin kepuasan hati, demi pujian
orang banyak dan merasa dianggap jagoan oleh orang-oang disekitarnya.
· Siksaan Allah swt, terhadap orang-orang yang
tidak bertaqwa dan tidak mentaati
perintahnya serta tidak menjauhi larangannya.
B.
Phobia
Kata “phobia” berasal dari istilah Yunani “phobos” yang berarti lari
(fight), takut dan panik (panic-fear), takut hebat (terror). Istilah ini memang
dipakai sejak zaman Hippocrates. Phobia adalah ketakutan yang luar biasa dan
tanpa alasan terhadap sebuah obyek atau situasi yang tidak masuk akal. Pengidap
phobia merasa tidak nyaman dan menghindari objek yang ditakutinya. Terkadang
juga bisa menghambat aktivitasnya.
Konsep takut dan cemas betautan erat. Takut adalah
perasaan cemas dan agitasi sebagai respons terhadap suatu ancaman. Gangguan phobia
adalah rasa takut yang persisten terhadap objek atau situasi dan rasa takut ini
tidak sebanding dengan ancamannya.
Phobia didefinisikan oleh psikopatolog sebagai penolakan yang mengganggu
yang diperantarai oleh rasa takut yang tidak proporsional, dengan bahaya yang
dikandung oleh objek atau situasi tertentu dan diakui oleh si penderita sebagai
sesuatu yang tidak berdasar.
Defenisi phobia menurut kamus psikologi adalah suatu ketakutan yang
kuat, terus menerus dan irasional dengan ditimbulkan oleh suatu perangsang atau
situasi khusus, seperti suatu ketakutan yang abnormal terhadap tempat tertentu.
Berikut
ini adalah tiga tipe phobia berdasarkan sistem DSM, yaitu phobia spesifik,
phobia sosial, dan agoraphobia.
1.
Phobia
Spesifik
Phobia spesifik adalah ketakutan yang berlebihan dan persisten terhadap
objek atau situasi spesifik, seperti:
· Acrophobia: takut terhadap ketinggian, bahkan hanya
setinggi 2 meter sudah cukup menakutkan bagi penderita phobia ini.
· Claustrophobia: takut terhadap tempat
tertutup/terkunci sehingga orang dengan phobia jenis ini sering berada di taman
atau di lapangan olahraga bersama teman-temannya.
· Phobia binatang: takut terhadap binatang tertentu
seperti tikus, ular, atau binatang-binatang menjijikkan. Anda bisa saja
mempunyai ketakutan terhadap hewan-hewan tersebut. Namun, bila ketakutan itu
mengganggu kehidupan sehari-hari atau menyebabkan distres emosional yang
signifikan di dalam diri Anda (bahkan ketika Anda hanya membayangkan hewan itu),
maka barulah Anda mengalami phobia.
· Phobia benda-benda tertentu: seperti jarum suntik
(bukan sakitnya yang mereka takuti, tetapi jarumnya), pisau, benda-benda
elektronik, atau benda-benda lain.
2.
Phobia
Sosial
Phobia sosial adalah ketakutan yang intens terhadap situasi sosial atau
ramai sehingga mereka mungkin sama sekali menghindarinya, atau menghadapinya
tetapi dengan distres yang amat berkecamuk. Penderita phobia sosial mengalami
ketakutan terhadap situasi sosial seperti berkencan, datang ke pesta,
pertemuan-pertemuan sosial, bahkan presentasi untuk ujian. Phobia sosial yang
mendasar adalah ketakutan berlebihan terhadap evaluasi negatif dari orang lain,
dalam artian mereka takut dinilai jelek oleh orang lain. Mungkin mereka merasa
seakan-akan ribuan pasang mata sedang memperhatikan dengan teliti setiap gerak
yang mereka lakukan. Contoh umum untuk Phobia jenis ini adalah:
- Demam panggung yang berlebihan.
- Kecemasan berbicara di forum yang berlebihan, bahkan dihadapan orang-orang terdekat sekalipun.
- Kecemasan meminta sesuatu, seperti memesan makanan di rumah makan karena takut pelayan atau teman menertawai makanan yang mereka pesan.Ketakutan bertemu dengan orang baru, hal ini menyebabkan penderita tidak berkembang dalam hal sosial.
Phobia jenis ini menyebabkan penurunan kualitas hidup penderitanya,
seperti kualitas untuk mencapai sasaran pendidikan , maju dalam karier, atau
bertahan dalam pekerjaan yang membutuhkan interaksi dengan orang lain secara
langsung. Sekali Phobia sosial tercipta, maka akan berlanjut secara kronis
sepanjang hidup.
3.
Agrophobia
Agoraphobia secara harfiah diartikan sebagai “takut kepada pasar”, yang
sugestif untuk ketakutan berada di tempat-tempat terbuka dan ramai (berbeda
dengan phobia sosial, agoraphobia tidak “mati sosial” bila berinteraksi dengan
orang-orang di tempat yang sepi). Agoraphobia melibatkan ketakutan terhadap
tempat-tempat atau situasi-situasi yang memberi kesulitan bagi mereka untuk
meminta bantuan ketika ada suatu problem yang menimpa mereka atau orang lain.
Orang-orang dengan agoraphobia takut untuk pergi berbelanja di toko-toko yang
penih sesak, bersempit-sempitan di bus, dan lain-lain yang kira-kira membuat
mereka sulit meminta pertolongan.
Bila seseorang yang menderita phobia melihat atau bertemu atau berada
pada situasi yang membuatnya takut (phobia), gejalanya adalah sebagai berikut:
- Jantung berdebar kencang
- Kesulitan mengatur napas
- Dada terasa sakit
- Wajah memerah dan berkeringat
- Merasa sakit
- Gemetar
- Pusing
- Mulut terasa kering
- Mrasa perlu pergi ke toilet
- Merasa lemas dan akhirnya pingsan
C. 3 Siksaan yang Bersifat Psikis
1. Kebimbangan
Kebimbangan dialami oleh seseorang bila ia pada suatu saat tidak
dapatmenentukan pilihan mana yang akan diambil. Akibat dari kebimbangan,
seseorang berada dalam keadaan yang tidak menentu, sehingga ia merasa tersiksa
dalam hidupnya saat itu. Bagi orang yang lemah berpikirnya, masalah kebimbangan
akan lama dialami,sehingga siksaan itu berkepanjangan. Tetapi bagi orang yang
kuat berpikirnya ia akan cepat mengambil suatu keputuan, sehingga kebimbangan
akan cepat dapat diatasi.
2. Kesepian
Kesepian dialami oleh seseorang, merupakan rasa sepi dalam dirinya atau
jiwanya, walaupun ia dalam lingkungan orang
ramai. Kesepian juga merupakan salah satu wujud dari siksaan yang dialami
seseorang. Seperti halnya kebimbangan, kesepian perlu cepat diatasi agar
seseorang jangan terus menerus merasakan penderitaan batin, sebagai homo
socius, seseorang perlu kawan, maka untuk mengalahkan rasa kesepian orang perlu
cepat macari kawan yang dapat diajak untuk berkomunikasi. Pada umumnya orang
yang dapat dijadikan kawan duka adalah orang yang dapat mengerti dan menghayati
kesepian yang dialami oleh sahabatnya
itu, selain mencari kawan, seseorang juga perlu mengisi waktunya dengan
suatu kesibukan, khususnya yang dapat bersifat fisik, sehingga rasa kesepian
tidak memperoleh tempat dan waktu dalam dirinya.
3. Ketakutan
Ketakutan merupakan bentuk lain yang dapat menyebabkan seseorang
mengalami siksaan batin. Bila rasa takut itu dibesar-besarkan yang tidak pada
tempatnya, maka disebut sebagai phobia. Seperti pada kesepian, ketakutan dapat
juga timbul atau dialami seseorang walaupun lingkungannya ramai, sebab
ketakutan merupakan hal yang sifatnya psikis.
3.
Kekalutan Mental
Kekalutan mental merupakan suatu keadaan
dimana jiwa seseorang mengalami kekacauan dan kebingungan dalam dirinya
sehingga ia merasa tidak berdaya. Saat mendapat kekalutan mental berarti
seseorang tersebut sedang mengalami kejatuhan mental dan tidak tahu apa yang
mesti dilakukan oleh orang tersebut. Dengan mental yang jatuh tersebut tak
jarang membuat orang yang mengalami kejatuhan mental menjadi tak waras lagi
atau gila. Karena itu orang yang mengalami kejatuhan atau kekalutan mental
seharusnya mendapat dukungan moril dari orang-orang dekat di sekitarnya seperti
orangtua, keluarga atau bahkan teman-teman dekat atau teman-teman pergaulannya.
Hal tersebut dibutuhkan agar orang tersebut mendapat semangat lagi dalam hidup.
Gejala permulaan bagi seseorang yang mengalami kekalutan mental adalah :
- Nampak pada jasmani yang sering merasakan pusing, sesak napas, demam, nyeri pada lambung.
- Nampak pada kejiwaannya dengan rasa cemas, ketakutan, patah hati, apatis, cemburu, mudah marah.
- Selalu iri hati dan curiga, ada kalanya dihinggapi khayalan, dikejar-kejar sehingga dia menjadi sangat agresif, berusaha melakukan pengrusakan atau melakukan detruksi diri dan bunuh diri.
Tahap-tahap gangguan kejiwaan adalah :
1. Gangguan kejiwaan nampak pada gejala-gejala
kehidupan si penderita bisa jasmani maupun rohani.
2. Usaha mempertahankan diri dengan cara negative.
3. Kekalutan merupakan titik patah (mental breakdown)
dan yang bersangkutan mengalami gangguan.
4. Krisis ekonomi yang berkepanjangan telah
menyebabkan meningkatnya jumlah penderita penyakit jiwa, terutama gangguan
kecemasan.
5. Faktor sosial atau lingkungan juga dapat berperan
bagi timbulnya gangguan jiwa, misalnya budaya, kepadatan populasi hingga
peperangan. Jika lingkungan sosial baik, sehat tidak mendukung untuk mengalami
gangguan jiwa maka seorang anak tidak akan terkena gangguan jiwa. Demikian pula
sebaliknya. Gangguan jiwa tidak dapat menular, tetapi mempunyai kemungkinan
dapat menurun dari orang tuanya. Namun hal ini tidak berlaku secara absolut.
Sebab-sebab timbulnya kekalutan mental :
1. Kepribadian yang lemah akibat kondisi jasmani atau
mental yang kurang sempurna.
2. Terjadinya konflik sosial budaya.
3. Cara pematangan batin yang salah dengan memberikan
reaksi yang berlebihan terhadap kehidupan sosial.
Proses kekalutan mental yang dialami seseorang mendorongnya kearah
positif dan negative.
1. Positif: trauma jiwa yang dialami dijawab dengan
baik sebagai usaha agar tetap survive dalam hidup, misalnya melakukan sholat
tahajut, ataupun melakukan kegiatan yang positif setelah kejatuhan dalam
hidupnya.
2. Negatif: trauma yang dialami diperlarutkan sehingga
yang bersangkutan mengalami frustasi,
yaitu tekanan batin akibat tidak tercapainya apa yang diinginkan.
Bentuk fustasi antara
lain :
- Agresi, berupa kamarahan yang meluap-luap akibat emosi yang tak terkendali dan secara fisik berakibat mudah terjadi hypertensi atau tindakan sadis yang dapat membahayakan orang sekitarnya.
- Regresi, adalah kembali pada pola perilaku yang primitive atau kekanak-kanakan.
- Fiksasi, adalah peletakan pembatasan pada satu pola yang sama (tetap) misalnya dengan membisu.
- Proyeksi, merupakan usaha melemparkan atau memproyeksikan kelemahan dan sikap-sikap sendiri yang negative kepada orang lain.
- Identifikasi, adalah menyamakan diri dengan seseorang yang sukses dalam imaginasinya.
- Narsisme, adalah self love yang berlebihan sehingga yang bersangkutan merasa dirinya lebih superior dari pada orang lain.
- Autisme, ialah menutup diri secara total dari dunia riil, tidak mau berkomunikasi dengan orang lain, ia puas dengan fantasinya sendiri yang dapat menjurus ke sifat yang sinting.
Penderitaan kekalutan mental banyak terdapat dalam lingkungan seperti :
1. Kota – kota besar, banyak memberi
tantangan-tantangan hidup yang berat, sehingga orang merasa dikejar-kejar dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya.
2. Anak-anak muda, yang tidak berhasil dalam mencapai
apa yang dikehendaki atau diidam-idamkan.
3. Wanita, yang pada umumnya lebih mudah merasakan
suatu masalah yang dibawanya kedalam hati atau perasaannya, tetapi sulit
mengeluarkan perasaannya tersebut.
4. Orang yang tidak beragama, tidak memiliki keyakinan
bahwa diatas dirinya ada kekuasaan yang lebih tinggi, sehingga sifat pasrah
umumnya tidak dikenalnya.
5. Orang yang terlalu mengejar materi.
4.
Penderitaan dan Perjuangan
Setiap manusia yang ada di dunia ini pasti
akan mengalami penderitaan, baik yang berat maupun yang ringan. Penderitaan
adalah bagian kehidupan manusia yang bersifat kodrati. Karena tergantung kepada
manusia itu sendiri untuk berusaha mengurangi penderitaan semaksimal mungkin.
Manusia adalah makhluk berbudaya, dengan budaya itulah ia berusaha mengatasi
penderitaan yang mengancam hidupnya atau yang dialaminya. Hal ini membuat
manusia menjadi kreatif, baik bagi penderita sendiri maupun bagi orang lain
yang melihat atau berada di sekitarnya.
Penderitaan dikatakan sebagai kodrat
manusia, artinya sudah menjadi konsekwensi manusia hidup, bahwa manusia hidup
ditakdirkan bukan hanya untuk bahagia tetapi juga menderita. Karena itu manusia
hidup tidak boleh pesimis, yang menganggap hidup sebagai rangkaian penderitaan.
Manusia harus optimis, ia harus berusaha mengatasi kesulitan hidup.
Pembebasan dari penderitaan pada
hakekatnya meneruskan kelangsungan hidup. Caranya ialah berjuang mengadapi
tantangan hidup dalam alam lingkungan, dan masyarakat sekitar dengan waspada dan
disertai doa kepada Tuhan supaya terhindar dari bahaya dan malapetaka. Manusia
merencanakan dan Tuhan yang menentukan. Kelalaian manusia merupakan sumber
malapetaka yang menimbulkan penderitaan. Penderitaan yang terjadi, mungkin
dialami sendiri tapi mungkin juga dialami oleh orang lain. Atau mungkin akibat
dari diri sendiri atau orang lain.
Memang penderitaan merupakan ketentuan dari Tuhan yang Maha Esa
tetapi kita dapat mencoba merubahnya apabila kita terus berusaha dan juga
berdoa untuk merubahnya.
5. Penderitaan dan Sebab-sebabnya
Sebab-sebab timbulnya
penderitaan dapat dikelompokkan dan diperinci sebagai berikut:
1. Penderitaan yang timbul karena perbuatan manusia
Penderitaan yang menimpa manusia karena perbuatan buruk manusia dapat
terjadi dalam hubungan sesama manusia dengan alam sekitarnya. Penderitaan ini
kadang disebut nasib buruk. Nasib buruk ini dapat memperbaiki nasibnya. Perbedaan
nasib buruk dan takdir, kalau takdir Tuhan yang menentukan sedangkan nasib
buruk itu manusia penyebabnya. Karena perbuatan buruk antara sesama manusia
maka manusia lain menderita.
Penderitaan yang terkadang disebut nasib buruk ini
dapat diperbaiki bila manusia itu mau berusaha untuk memperbaikinya.
2. Penderitaan yang timbul karena penyakit, siksaan /
azab Tuhan
Penderitaan manusia dapat juga terjadi akibat atau siksaan / azab Tuhan.
Namun kesabaran, tawakal, dan optimisme dapat merupakan usaha manusia untuk
mengatasi penderitaan itu.
3. Kehilangan orang tua, setiap manusia pasti
mencintai orang tuanya dan memiliki hubungan yang erat dengan keluarganya.
Penderitaan ini adalah yang paling sering kita jumpa dan sangat sedih tentunya
4. Kemiskinan , banyak orang yang mederita karena
kemiskinan , merasa tidak pernah cukup dengan apa yang telah ia punya sehingga
mengakibatkan seseorang merasa menderita karena tidak bisa memiliki sesuatu
yang ia inginkan. Ini di karenakan kurangnya rasa syukur manusia atas apa yang
telah di berikan oleh Tuhan.
5. Bencana, tidak ada seorang pun yang dapat
menghindari bencana yang Tuhan berikan. Bencana bisa kapan saja datang dan
menimpa siapa saja bahkan seringkali mengakibatkan kehilangan anggota keluarga.
Trauma batin yang diakibatkan karena bencana juga sulit di sembuhkan.
Pengaruh yang akan terjadi pada seseorang jika
mengalami penderitaan
Orang yang mengalami penderitaan mungkin akan memperoleh
pengaruh bermacam-macam dan sikap dalam dirinya. Sikap yang timbul dapat berupa
sikap positif ataupun sikap negatif.
Sikap negatif misalnya penyesalan karena tidak bahagia, sikap
kecewa, putus asa dan rasa ingin bunuh diri. Sedangkan sikap positif yaitu
sikap optimis mengatasi penderitaan hidup, bahwa hidup bukan rangkaian
penderitaan, melainkan perjuangan membebaskan diri dari penderitaan, dan penderitaan
itu adalah hanya bagian dari kehidupan. Sikap positif biasanya kreatif, tidak
mudah menyerah, bahkan mungkin timbul sikap keras atau sikap anti.
6.
Menghadapi dan Menghentikan
Penderitaan
Kita
harus kenal bahwa diri kita adalah hamba ciptaan yang sangat lemah dan tidak
punya apa-apa. Keputusan untuk menciptakan diri kita pun semuanya ditentukan
oleh Allah. Maka dari itu, apabila Allah timpakan sesuatu kesusahan ke atas
diri kita, inilah peluang untuk kita sadar bahwa diri kita adalah hamba yang
lemah dan tidak punya kuasa apa-apa. Mungkin selama ini kita sudah merasa
berkuasa,me rasa mampu dan merasa pandai dan bisa, sehingga kita lupa untuk
bergantung dan berharap kepada Allah. Kita harus berprasangka baik keKpada
Allah, kalau Allah sesekali menyakitkan kita, sudah tentu ada maksud yang baik
dari Nya. Dia ingin menghapuskan dosa kita, Dia ingin kita insyaf di atas
kelemahan diri kita, Dia ingin kita ingat-ingat kesalahan kita dan memperbaikinya
serta bertaubat. Kalau Tuhan sekali-sekali memiskinkan kita, tentu ada
maksudnya juga. Mungkin Dia ingin membuat kita lebih bersyukur atas apa yang
telah diberikan-Nya. Dan Dia juga ingin kita berusaha dan bekerja keras demi
keluar dari kemiskinan yang kita alami. Apabila kita sekali-sekali dibuat
terhina, mungkin Allah ingin kita bertaubat karena kita pernah menghina atau
menzalimi orang lain.
Intinya segala
sesuatu yang ditimpakan ke atas kita adalah untuk kebaikan diri kita sendiri.
Allah ingin mendidik kita agar kita kembali kepada-Nya sebagai hamba yang diridhoi-Nya.
Dengan ini, kita akan selamat dari kemurkaan-Nya. Kita harus ikhlas menerima
ketentuan dan takdir yang diberikan Allah secara positif supaya hati kita juga akan
tenang dan kita juga akan mendapat hasil yang positif dariNya. Sebaliknya,
kalau kita menerimanya secara negatif, hati kita akan tertekan dan stress dan
sudah tentu kita juga akan mendapat hasil yang negatif.
Sebagai
contoh kasus, diambil dari kisah hidup saya. Saya pun juga berusaha mencoba
untuk ikhlas dengan penderitaan yang saya alami. Ketika orang tua saya
berpisah, saat itu saya sulit untuk menerimanya. Rasa takut, tertekan,dan sedih
selalu menghampiri. Rasa iri selalu ada ketika saya melihat teman-teman dengan
keluarga bahagia. Saya merasa kesepian karena orang tua saya sibuk dengan
dirinya masing-masing.
Semenjak
itu saya menjadi pribadi yang tertutup, dan tidak suka keramaian. Saya lebih
suka sendiri dengan suasana hening, karena menurut saya suasana hening akan
membuat hati menjadi tenang.
Dibalik
semua itu saya sadar, bahwa Allah ingin membuat saya lebih kuat dan tegar untuk
menghadapi masalah ini, Allah ingin membuat saya lebih mandiri dalam melalukan
segala hal dan tidak bergantung kepada orang lain, meskipun sampai saat ini
rasa tertekan masih ada dalam diri saya.
Jadi apapun masalah yang kita hadapi, haruslah
berfikir positif dan tetap semangat meskipun itu sulit kita terima. Karena
dibalik semua penderitaan itu pasti ada makna dan hikmahnya untuk kita di masa
mendatang .
Sumber dan Referensi:
A casino is the only way to win big | DrMCD
BalasHapusA 김해 출장안마 casino 익산 출장샵 is the only way to win big, you have to 이천 출장안마 win a lot more. 천안 출장마사지 The casino concept is simple: you'll win 김제 출장안마 more when you're done, and that means