Arsitektur Bioklimatik
Pentingnya penghematan energi
bangunan
Penghematan
energi dalam masa kontemporer ini sudah seharusnya merupakan bagian dari gaya
hidup kita karena harga energi yang semakin mahal. Termasuk diantaranya adalah
kegiatan atau upaya penghematan energi operasionalisasi bangunan. Untuk itu
maka dibutuhkan kiat dan strategi perancangan bangunan yang berorientasi pada
aspek konservasi energi. Pengertian konservasi energi tidak sekedar hanya
penghematan pemakaian energi tetapi juga dalam hal mengupayakan penggunaan
sumber energi yang masih berkesinambungan (sustainable), misalnya perhatian
pada penggunaan sumber energi matahari, angin, biogas untuk operasional teknik
pada bangunan. Artinya pada bangunan juga harus
diterapkan strategi desain yang mengarah pada peluang penggunaan energi
yang terbarukan tersebut.
Definisi Arsitektur Bioklimatik
Arsitektur
bioklimatik adalah suatu konsep terpadu pada rancangan bangunan dimana sistim
struktur, ruang dan konstruksi bangunan tersebut dapat menjamin adanya kondisi
nyaman bagi penghuninya. Penggunaan perangkat elektro-mekanik dan energi tak
terbarukan adalah seminimal mungkin, sebaliknya memaksimalkan pemanfaatan
energidari alam sekitar bangunan tersebut.
Dengan
demikian, maka pendekatan bioklimatik pada desain arsitektur pada hakekatnya
bertitik tolak dari dua hal fundamental untuk menentukan strategi desain yang
responsif terhadap lingkungan global yaitu kondisi kenyamanan manusia dan
penggunaan energi secara pasif.
Arsitektur
Bioklimatik juga dikatakan sebagai cabang dari arsitektur hijau (Green
Architecture) yang diterapkan dalam kota dengan mengedepankan sistim alami bagi
kebutuhan ventilasi dan pencahayaan bangunan.
Pendekatan
desain arsitektur bioklimatik dengan demikian mengandung keandalan sebagai
salah satu tipe desain arsitektur yang hemat energi ditinjau dari penggunaan energi
saat pengoperasian bangunan yang bersangkutan. Sebagai bagian dari kelompok
eko-arsitektur, maka tujuan dari arsitektur bioklimatik juga menghadirkan bangunan
yangramah lingkungan, diantaranya turut berperan serta dalam meredam efek rumah
kaca pada lingkungan urban, misalnya melalui upaya pengurangan produksi gas CO2
dan CFCke atmosfer.
Tema
bioklimatik merupakan salah satu langkah menuju ke arah yang lebih baik dan
sehat, dengan menerapkan perancangan yang baik yang memiliki Keindahan/Estetika
(venustas), Kekuatan (Firmitas), dan Kegunaan / Fungsi (Utilitas). Perkembangan
Arsitektur Bioklimatik berawal dari tahun 1990-an. Arsitektur bioklimatik
merupakan arsitektur modern yang di pengaruhi oleh iklim.
Dalam
merancang sebuah desain bangunan juga harus memikirkan penerapan desain
bangunan yang beradaptasi dengan lingkungan atau iklim setempat. Penghematan
energi dengan melihat kondisi yang ada di sekitar maupun berdampak baik pada
kesehatan. Dengan strategi perancangan tertentu, bangunan dapat memodifikasi
iklim luar yang tidak nyaman menjadi iklim ruang yang nyaman tanpa banyak
menkonsumsi energi. Kebutuhan energi perkapita dan nasional dapat di tekan jika
secara nasional bangunan di rancang dengan konsep hemat energi.
Selain itu
yang dapat kita temui pada bangunan bioklimatik yaitu mempunyai ventilasi alami
agar udara yang dihasilkan alami, Tumbuhan dan lanskap membuat bangunan lebih
sejuk serta memberikan efek dingin pada bangunan dan membantu proses penyerapan
O2, dan pelepasan CO2, demikian juga dengan adanya Solar window atau solar
collector heat di tempatkan didepan fisik gedung untuk menyerap panas matahari.
Maka muncullah desain yang benar2 menerapkan desain hemat energi. Tulisan ini
merupakan perancangan yang tidak menyebabkan meningkatnya konsumsi energi dan
kerusakan lingkungan, berupa polusi udara, polusi suara, melainkan menciptakan
rancangan arsitektur yang ramah lingkungan serta arsitektur yang alami.
Arsitektur Bioklimatik menghadapi
Tuntutan Kenyamanan Penerangan
Kenyamanan
penerangan bagi manusia mengandung arti tercapainya kecukupan kuat penerangan,
tidak silau dan kesesuaian warna yang terlihat. Jadi pada prinsipnyakenyamanan penerangan
adalah bergantung pada angka kuat penerangan dari sumbercahaya dan komponen
pendukungnya, posisi atau kedudukan dari sumber cahaya, serta aspek pewarnaan
dan material permukaan lingkungan.
Pada
penerapan sistim pasif yang mengandalkan sumber cahaya siang hari, besarnya
kuat cahaya dalam ruang bersumber dari tiga komponen, yaitu komponen terang
langit (yang langsung masuk melalui bukaan), komponen pemantulan dalam ruang,
dan komponan pemantulan dari ruang luar. Di iklim tropis, dimana terang langit
dapat mencapai 10.000Lux, maka peran dari bukaan/jendela pada bidang selubung
bangunan menjadi penting untuk mendapatkan kecukupan kuat cahaya yang masuk
secara langsung ke dalam ruangan, serta peran dari warna dinding bagian dalam
yang menyumbangkan efek pemantulan cahaya dalam ruang, agar didapatkan kuat
penerangan secara merata. Dalam konteks pencahayaan alami siang hari, dinding
dan plafond ruang dalam yang diberi warna mengarah ke warna putih, akan mampu
menyumbangkan sampai sekitar20% dari total kuat cahaya dalam ruang. Sementara
itu jenis permukaan dinding kayu (warna cokelat tua/agak gelap) sebagaimana
terdapat pada tipe rumah tradisional, hanya mampu memberi kontribusi terang
dalam ruang sebesar sekitar 5% saja
Apabila sumbangan
dari pemantulan dalam ruang, tidak mencukupi untuk mencapai standar kenyaman
penerangan, maka berdampak pada kebutuhan penambahan komponen lampu. Disini
nampak terlihat bahwa tidak selamanya, tipe arsitektur tradisional adalah
mewakili jenis bangunan hemat energi. Diperlukan suatu modifikasi desain pada
rumah tradisional dengan tetap berdasar pada konsep arsitektur bioklimatik agar
tujuan konservasi energi dapat tercapai. Pada sistim aktif, dimana diterapkan
sistim penerangan buatan, maka sasarannya adalah pada penerapan jenis lampu
yang memiliki spesifikasi luminasi dan daya listrik tertentu.
Kesimpulan
Dari
penjelasan tersebut, jelas bahwa arsitektur bioklimatik merupakan konsep yang
dapat diandalkan dalam merancang bangunan hemat energi. Adanya permasalahan konsumsi
energi pada akhir-akhir ini khususnya pada sektor bangunan membutuhkan jawaban
daripara perancang agar menyajikan rancangan yang berwawasan hemat energi. Para
arsitek dan mahasiswa jurusan teknik arsitektur sudah selayaknya mendalami
topik arsitektur bioklimatik ini, karena merekalah yang dimasa mendatang harus
mampu menjawab permasalahan energi bangunan.
...Thank
You...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar