ARSITEKTUR LINGKUNGAN, EKOLOGI DAN BIOLOGI
Arsitektur
Arsitektur
adalah seni dan ilmu dalam merancang bangunan. Dalam artian yang lebih luas,
arsitektur mencakup merancang dan membangun keseluruhan lingkungan binaan,
mulai dari level makro yaitu perencanaan kota, perencanaan perkotaan,
arsitektur lansekap, hingga ke level mikro yaitu desain bangunan, desain
parabot dan desain produk. Arsitektur juga merujuk kepada hasil-hasil proses
perancangan tersebut.
Lingkungan
Lingkungan adalah kombinasi antara kondisi fisik yang mencakup keadaan
sumber daya alam seperti tanah, air, energi surya, mineral, serta flora dan
fauna yang tumbuh di atas tanah maupun di dalam lautan, dengan kelembagaan yang
meliputi ciptaan manusia seperti keputusan bagaimana menggunakan lingkungan
fisik tersebut. Lingkungan juga dapat diartikan menjadi segala sesuatu yang ada
di sekitar manusia dan mempengaruhi perkembangan kehidupan manusia.
Ekologi
Ekologi adalah
ilmu yang mempelajari interaksi antara organisme dengan lingkungannya dan yang
lainnya. Ekologi berasal dari kata Yunani oikos (“habitat”)
danlogos (“ilmu”). Ekologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari
baik interaksi antar makhluk hidup maupun interaksi antara makhluk hidup dan
lingkungannya. Istilah ekologi pertama kali dikemukakan oleh Ernst
Haeckel (1834 – 1914). Dalam ekologi, makhluk hidup dipelajari
sebagai kesatuan atau sistem dengan lingkungannya.
Pembahasan ekologi tidak lepas dari pembahasan ekosistem dengan berbagai komponen penyusunnya, yaitu faktor abiotik dan biotik. Faktor abiotik antara lain suhu, air, kelembaban, cahaya, dan topografi, sedangkan faktor biotik adalah makhluk hidup yang terdiri dari manusia, hewan, tumbuhan, dan mikroba.
Pembahasan ekologi tidak lepas dari pembahasan ekosistem dengan berbagai komponen penyusunnya, yaitu faktor abiotik dan biotik. Faktor abiotik antara lain suhu, air, kelembaban, cahaya, dan topografi, sedangkan faktor biotik adalah makhluk hidup yang terdiri dari manusia, hewan, tumbuhan, dan mikroba.
Ekologi
juga berhubungan erat dengan tingkatan-tingkatan organisasi makhluk hidup,
yaitu populasi, komunitas, dan ekosistem yang saling memengaruhi dan merupakan
suatu sistem yang menunjukkan kesatuan.
Ekologi
merupakan cabang ilmu yang masih relatif baru, yang baru muncul pada tahun
70-an. Akan tetapi, ekologi mempunyai pengaruh yang besar
terhadap cabang biologinya. Ekologi mempelajari bagaimana makhluk
hidup dapat mempertahankan kehidupannya dengan mengadakan hubungan antar
makhluk hidup dan dengan benda tak hidup di dalam tempat hidupnya atau
lingkungannya.
Arsitektur dan Ekologi
Arsitektur Ekologi adalah keselarasan antara bangunan dengan alam
sekitarnya, atau biasa disebut arsitektur yang berwawasan lingkungan, mulai
dari Atmosfer, biosfer, Lithosfer serta komunitas. Unsur-unsur ini berjalan
harmonis menghasilkan kenyaman, kemanan, keindahan serta ketertarikan. Arsitektur
ekologis merupakan pembangunan berwawasan lingkungan, dimana memanfaatkan
potensi alam semaksimal mungkin.
Kualitas arsitektur biasanya sulit diukur,
garis batas antara arsitektur yang bermutu dan yang tidak bermutu. Kualitas
arsitektur biasanya hanya memperhatikan bentuk bangunan dan konstruksinya,
tetapi mengabaikan yang dirasakan si pengguna dan kualitas hidupnya.
Pola Perencanaan
Eko-Arsitektur selalu memanfaatkan alam sebagai berikut :
- Dinding, atap sebuah gedung sesuai dengan tugasnya, harus melidungi sinar panas, angin dan hujan.
- Intensitas energi baik yang terkandung dalam bahan bangunan yang digunakan saat pembangunan harus seminimal mungkin.
- Bangunan sedapat mungkin diarahkan menurut orientasi Timur-Barat dengan bagian Utara-Selatan menerima cahaya alam tanpa kesilauan.
- Dinding suatu bangunan harus dapat memberi perlindungan terhadap panas. Daya serap panas dan tebalnya dinding sesuai dengan kebutuhan iklim/ suhu ruang di dalamnya. Bangunan yang memperhatikan penyegaran udara secara alami bisa menghemat banyak energi.
Arsitektur Biologis
Dalam arsitektur dikenal istilah arsitektur biologis, yaitu ilmu penghubung
antaramanusia dan lingkungannya secara keseluruhan yang juga mempelajari
pengetahuan tentang hubungan integral antara manusia dan lingkungan hidup, dan
merupakan arsitektur kemanusiaan yang memperhatikan kesehatan.
Istilah
arsitektur biologis diperkenalkan oleh beberapa ahli bangunan, antara lainProf.
Mag.arch, Peter Schmid, Rudolf Doernach dan Ir. Heinz Frick. Sebenarnya, arsitektur
biologis bukan merupakan hal yang baru, sebab sejak ribuan tahun yang lalu
nenek moyang kita telah menerapkan konsep dasar dari arsitektur biologis ini,
yaitu dengan membangun rumah adat (tradisional) menggunakan bahan-bahan yang
diambil dari alam sehingga tidak mencemari lingkungan dan mempertimbangkan
rancang bagun yang dapat tahan dengan segala macam ancaman alam, seperti hewan
buas dan bencana seperti banjir, longsor,gempa, dan lain-lain.
Di era
modern seperti sekarang, menggunakan arsitektur biologis bukan tidak mungkin,
apalagi di saat kondisi bumi mengalami perubahan drastis yang disebabkan pemanasan
global. Namun, tentu kita tidak harus membangun bangunan yang sama persis dengan
rumah adat, karena kondisi lingkungan saat ini tidak lagi memungkinkan kita
untuk membuatnya. Yang mungkin kita lakukan adalah dengan mencoba membuat
rancang bangun rumah yang efisien akan sumber daya (seperti listrik) tanpa
mengurangi kenyaman bagi penghuni rumah itu sendiri. Selain itu, pentingnya
pendekatan ekologis seperti ramah lingkungan, ikut menjaga kelangsungan
ekosistem, menggunakan energi yang efisien,memanfaatan sumber daya alam yang
tidak dapat diperbarui secara efisien.
Arsitektur Biologis dan Penerapannya
Melalui
konsep arsitektur biologis, para arsitek diajak memahami rumah sebagaisebuah
bangunan organis, untuk meningkatkan kualitas kehidupan. Kualitas bangunan dengan
bagian-bagian material dan rohani menentukan kualitas lingkungan hidup manusia.
Bahan-bahan bangunan yang digunakan dalam mewujudkan arsitektur biologis
adalahbahan-bahan bangunan dari alam. Bahan bangunan alam yang dapat
dibudidayakan lagi, digunakan dalam arsitektur biologis, seperti kayu, bambu,
rumbia, alang-alang dan ijuk. Bahan bangunan alamiah yang dapat digunakan lagi
menjadi bangun alamiah yang dapat digunakan lagi menjadi bangun arsitektural
adalah tanah liat, tanah lempung dan batu alam. Sedangkan bahan bangunan alam
yang diproses pabrik atau industri adalah batu artifisial yang dibakar (batu
merah), genting flam, genting pres dan batu-batuan pres (batako).
Perencanaan
arsitektur biologis senantiasa memperhatikan konstruksi yang sesuai dengan
tempat bangunan itu berada. Teknologinya sederhana, bentuk bangunannya pun ditentukan
oleh fungsi menurut kebutuhan dasar penghuni dan cara membangunnya. Bentuk
bangunan ditentukan oleh rangkaian bahan bangunannya. Konstruksi bangunan yang
digunakan ada yang bersifat masif (konstrtuksi tanah, tanah liat dan lempung), berkotak
(konstruksi batu alam dan batu-batu merah), serta konstruksi bangunan
rangka(kayu dan bambu). Atas dasar pengetahuan tentang bahan bangunan tersebut,
akhirnya tercipta bentuk-bentuk bangunan yang berkaitan dengan sejarah
arsitektur.
Arsitektur Tradisional
Arsitektur
tradisional merupakan contoh dari Arsitektur
Biologis. Arsitektur ini mencerminkan suatu cara kehidupan harmonis, asli,
ritmis dan dinamis, terjalin antara kehidupan manusia dan lingkungan sekitar
secara keseluruhan. Arsitektur tradisional dibangun dengan cara yang sama dari
generasi ke generasi berikutnya.
Ahli
biologi dan arsitek Rudolf Doernach kelahiran Stuttgart-Jerman, melihat ada kecenderungan
dan dorongan kuat, bahwa setiap negara di dunia kini berusaha membangun perumahan
dan kota masa depan yang memperhatikan masalah penyelamatan lingkungan.
Pengotoran udara oleh industri dan kepadatan penduduk di perkotaan, sangat menghantui
banyak negara di dunia.
Arsitektur biologis adalah alternatif untuk memperingan kerusakan
lingkungan akibat kemajuan teknologi. Disarankan, pembangunan lingkungan harus
terdiri dari dinding dan atap hidup yang menyediakan oksida dan energi. Pendidikan arsitektur barat sebenarnya kurang tepat
diterapkan di negara-negara berkembang seperti Indonesia yang memiliki latar
belakang kebudayaan berbeda-beda. Karena itu, arsitektur biologis lebih mudah
berkembang di Indonesia. Arsitektur barat modern yang dibangun dengan teknologi
tinggi, lebih sering merusak dasar kehidupan manusia dan lingkungan alamnya. Arsitektur
biologis pada dasarnya dibangun dari pembangunan yang bersifat biologis dan
berakhir pada pemikiran baru yang lebih mendalam. Bersifat ekologis, adalah alternatif
dan tertuju kepada masa depan dengan kehidupan, pendidikan dan pemukiman yang
seimbang dengan alam.
...Thank
You...
Sumber dan referensi:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar